Setelah menyaksikan tayangan sebuah perbincangan di salah
satu stasiun televisi swasta, Rabu 12 Februari 2014, jam 19.00, saya terhenyak
dan termenung. Sang host yang cantik, Mbak Sarah Sechan mengundang budayawan
dan seniman Mas Butet Kertaradjasa bersama seorang doktor metafisika bernama
Dr. Arkand Bodhana Zeshaprajna. Perbincangan yang terjadi di antara mereka
adalah perihal Indonesia yang membutuhkan proses ganti nama agar menjadi bangsa
yang besar.
Dikatakan bahwa di dalam banyak tradisi suku bangsa di
seluruh dunia, sudah dikenal sebuah ritual ganti nama untuk anak yang selalu
dirundung masalah. Meskipun penamaan dan tata cara yang dilakukan berbeda di
tiap - tiap tempat, namun ritual tersebut memiliki satu tujuan adalah agar sang
anak terlahir kembali menjadi anak yang sehat, kuat, pintar dan bisa menjadi
pribadi seperti yang dicita - citakan orangtua masing - masing dengan nama
barunya. Anehnya, masih kata Arkand, orang - orang dewasa yang mengalami banyak
kegagalan dalam hidupnya, seperti sakit - sakitan, gagal dalam bisnis, gagal
dalam percintaan, malahan lupa atau tidak terpikir untuk melakukan ritual ganti
nama.
Arkand yang telah lama mempelajari ilmu tentang nama lebih
lanjut mengatakan bahwa nama Indonesia mengandung unsur negatif yang pada
akhirnya membuat bangsa ini tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi
permasalahan - permasalahan yang sifatnya menghancurkan diri sendiri. Indonesia
yang tanahnya subur makmur harus mengimpor beras dan bawang. Indonesia yang
memiliki panjang garis pantai nomor empat di dunia harus melakukan impor garam.
Dan sejuta masalah lain yang gampang kita temukan di sekitar kita.
Pertanyaan besarnya adalah apa nama baru yang cocok untuk
negara kaya raya ini? NUSANTARA. Ditunjukkan di layar televisi hasil analisa
Arkand terhadap nama Nusantara. Semuanya mengandung unsur positif. Pendek kata,
dengan nama barunya, Nusantara, negara ini akan terlahir kembali menjadi negara
yang setia, jujur, dan berani. Terpenting adalah agar negeri ini terhindar dari
bahaya kehancuran yang mengintai di depan mata.
Pikiran saya melayang mundur kurang lebih 15 tahun lalu,
saat bersama kelompok paduan suara mahasiswa menyanyikan lagu Nusantara karya
F.A. Warsono. Syair yang luar biasa dengan aransemen 4 suara membuat lagu ini
begitu megah dan menggetarkan hati.
Nusantara, Nusantara, Nusantara, Nusantara, Nusantara
tercinta. Ada pujangga bersabda. Rangkaian Zamrud Khatulistiwa. Nusa hijau
sepanjang masa. Itulah tanah airku.
Berkat kemajuan teknologi, kini Anda bisa ikut merasakan
kemegahan lagu Nusantara tersebut di Youtube. Bisa Anda klik di sini dan sini.
Bagi saya pribadi, wacana pergantian nama Indonesia menjadi
Nusantara adalah sangat menarik dan aktual. Kemerosotan moral bangsa,
kehilangan jati diri sebagai sebuah bangsa yang besar, perpecahan yang
dilandasi agama dan kesukuan, ketidakbecusan pemerintah dalam meletakkan dasar
dan arah pembangunan negara, dan masih banyak lagi permasalahan yang membuat
sesak dada. Negeri ini bisa diibaratkan dengan sebuah mobil bobrok yang
kehabisan bahan bakar dan keempat bannya telah kempis. Seburuk itukah?
Sejujurnya, masih ada harapan untuk berubah. Tuhan selalu
sayang kepada umat-NYA yang mau untuk bekerja keras dan cerdas dalam bertindak.
Bisa kita mulai dengan ikut mendorong agar pergantian nama Indonesia menjadi
Nusantara terlaksana. Lagipula, di dalam kitab suci yang saya amini pun ada
tertulis kisah - kisah orang - orang yang berganti nama dan akhirnya sukses
menjadi pribadi yang besar. Nama Nusantara terdengar enak di telinga,
mengandung sebuah kebesaran dan kekuatan. Tidak ada yang salah dengan
Nusantara.
Seorang Joko Widodo, seorang Tri Risma Harini, seorang
Ganjar Pranowo, pun seorang Ridwan Kamil tidak akan mampu mewujudkan
pemerintahan yang jujur dan kuat tanpa dukungan penuh dari kita semua. Virus
korupsi telah menjadi bagian dari negeri ini. Ayo perangi! Mari wujudkan
Viranegari Nusantara, negara yang setia, jujur, dan berani.
Salam Nusantara!
Sumber : http://m.kompasiana.com/post/read/634968/2/nusantara-zamrud-khatulistiwa.html
Sumber : http://m.kompasiana.com/post/read/634968/2/nusantara-zamrud-khatulistiwa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar